[ Laman Ehwal Semasa ReformIS ]

KISAH AMBON 1

Date: 04 Aug 1999
Time: 00:21:28
Remote User: -

Comments

KISAH AMBON 1

Ambon, 3 Agustus 1999

Ikhwah Fillah…..Saudara-Saudara muslim/muslimah….

Dibalik tragedi Ambon (Juli berdarah) yang hingga saat belum ini berkesudahan, begitu banyak peristiwa yang dialami, dirasakan dan dilihat langsung oleh para korban. Ada istri yang melihat langsung bagaimana suaminya dibantai dihadapannya, seorang anak yang melihat "Abinya" dibacok oleh kaum merah, seorang ibu lainnya yang melihat kebengisan kaum kafir membakar rumahnya sehingga tak ada yang dibawa kecuali pakaian yang melekat dibadannya, kisah semangat jihad yang berkobar dalam jiwa pemuda serta kisah-kisah lainnya. Insya Allah, kami akan menuturkan kepada antum dari hasil wawancara langsung dengan korban secara kontinyu.

INTIFADHAH DI AMBON

Siang itu sekitar jam 13.00 WIT hari selasa, saya dan 4 orang teman warga Hative Kecil Ambon mendapat giliran untuk berjaga-jaga di sekitar perbatasan pemukiman warga muslim dan kaum kafir Aster, sekaligus mengawasi kaum kafir tersebut agar jangan sampai menyerang. Sejak Senin malam, dengan pembakaran rumah yang dilakukan oleh kaum nasrani di desa Poka dan Perumnas, kami diminta oleh salah seorang Ustadz untuk terus berjaga-jaga. Pada senin pagi, beberapa warga muslim yang rumahnya berbatasan langsung dengan rumah orang kristen Aster telah mengungsi ke Masjid Hative Kecil. Pada Senin siang, saat dilakukan pembagian tugas jaga, kami mendapatkan giliran jaga diperbatasan.

Setelah 1 jam berkeliling, kira-kira jam 14.00 WIT, ridwan, 19 th, salah seorang kawan yang juga bertugas dengan saya, membawa 2 buah kelapa muda yang diberikan oleh seorang warga muslim. Saat kami sedang makan kelapa muda, Husni, 18 th, melihat kaum nasara yang cukup banyak (lebih dari 100 orang) dari jarak sekitar 400 meter menuju ke arah kami dengan membuat barisan memanjang. Sebagian besar kaum kafir tersebut berikat kepala merah dengan memegang pedang terhunus, tombak dan panah.

Entah bagaimana saya langsung berinisiatif kepada teman-teman untuk mengumpulkan batu sebanyak-banyak. Dalam waktu sekejap puluhan tumpukan batu telah terkumpul. Walaupun di tangan kami ada parang/pedang, itu tidak mungkin kami pakai karena jumlah mereka yang sangat banyak dibanding dengan kami berlima yang rata-rata berusia belasan tahun.

Kaum nasrani ini menuju ke arah kami dengan melewati bekas kali kering yang tidak terlalu besar sementara kami berada di tempat yang agak tinggi sehingga melihat kaum nasara itu ke bawah. Mereka terus berjalan mendekat, dan dalam jarak kira-kira 80 meter dari atas, saya langsung menginstuksikan kepada kawan-kawan untuk melempar kaum nasara tsb dengan batu. Kaum nasara ada yang berlindung di bawah pohon dekat kali, sementara yang lainnya mencari posisi untuk memanah kami. Entah kekuatan dari mana kami berlima begitu bersemangat menghujani kaum kafir tsb. dengan batu. Aksi lempar batu ini berlangsung hampir 1 jam tanpa ada rasa kecapaian (Subhanallah, dan kami yakin ini kekuatan dan pertolongan dari Allah). Sementara kaum kafir ini bertahan dibalik pohon di kali perbatasan. Ada kaum kafir yang menembakkan sasaran panahnya kepada kami, namun tidak satu orang pun yang kena.

Setelah satu jam kami bertahan, kami mulai mundur dan seorang warga kristen berhasil mendekat dan membakar sebuah rumah yang telah ditinggal penghuninya. Saat itulah puluhan warga (berjumlah kira-kira 40 orang) yang baru saja datang bergabung bersama kami. Rumah warga muslim yang terbakar ini kemudian merembes ke salah satu rumah di disampingnya. Kobaran api ini mati setelah 2 rumah ini habis terbakar. Kami langsung memperketat penjagaan di sekitar rumah penduduk dengan melempar batu ke warga kristen yang memiliki peralatan perang yang cukup lengkap dibanding kami sekaligus menjaga kemungkinan rembesan api ke rumah lainnya. Kami bertahan dengan senantiasa meneriakkan gema takbir "ALLAHU AKBAR" berulang-ulang hingga menjelang magrib. Gema takbir ini juga dibunyikan cukup keras dari menara Masjid Hative kecil. Entah bagaimana, warga kristen ini kemudian mundur secara perlahan. Namun tiba-tiba, pada jam 04.00 dini hari, sebuah rumah warga dibakar oleh warga kafir ini, kobaran api ini kemudian melalap 20 rumah disekitarnya.

Ada warga muslim yang dapat menyelamatkan beberapa harta bendanya, namun sebagian besar hanya dengan pakaian yang melekat di badan mengungsi ke Masjid Hative dan Masjid Al Fatah Ambon. Sementara warga muslim terutama anak-anak, wanita dan orang tua lainnya yang rumahnya tidak terbakar, turut mengungsi. Aparat keamanan datang pada Rabu pagi saat rumah yang terbakar tsb. tinggal puing-puing.

Melihat rumah warga muslim yang terbakar ini, beberapa warga muslim yang masih berada di hative kecil langsung ikut membakar dan merusak rumah warga kristen dan satu buah bengkel mobil. Kurang lebih 10 buah rumah kristen terbakar habis termasuk bengkelnya.

Hingga saat ini kami terus melakukan penjagaan-penjagaan di perbatasan, bersama aparat keamanan. Bagi saya khususnya, peristiwa ini menggambarkan wajah kaum kafir yang sebenarnya. Tidak ada lagi kata "DAMAI" karena kesepakatan-kesepakatan damai yang selama ini dibuat selalu dikhianati.

(Diceritakan kepada Tim Invetigasi Pos Keadilan Peduli Ummat DPD Partai Keadilan Ambon)


Last changed: August 05, 1999