[ Laman Ehwal Semasa ReformIS ]

SURAT SEORANG MUSLIMAH "KABUT KIAN

Date: 04 Aug 1999
Time: 00:22:18
Remote User: -

Comments

SURAT SEORANG MUSLIMAH "KABUT KIAN MENYELIMUTI AMBON"

Kepada Saudara-Saudaraku

Kaum Muslim/muslimah

Di Penjuru Bumi Allah

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Saudaraku….. Perang yang berlangsung di Ambon terjadi hampir seminggu. Daerah-daerah kantong muslim di bumi hanguskan dan dihancurkan. Berbagai pembantaian, penjarahan, penembakan, penghancuran dan pemerkosaan terdengar hampir di setiap daerah kaum muslimin. Kisah- kisah sedih, pilu menyayat hati dan menggoncang jiwa.

Dibagian utara bumi Ambon, ada sepenggal kisah yang tragis bagaikan sebuah kisah di Semenanjung Balkan. Kisah pembantaian dan pemerkosaan itu hanya pantas dilakukan oleh para hewan buas yang haus darah dan bernafsu kuda. Tercatat puluhan orang dibunuh dan seorang gadis diperkosa secara beruntun hingga seorang wanita muslimah harus dirawat di Rumah Sakit serta muslimah-muslimah lainnya ditelanjangi di depan kaum kafir ini.

Ingin kuceritakan pada dunia….saudaraku…!!! Tapi siapa gerangan yang akan bersuara lantang …????? Mungkinkah LSM-LSM pembela perempuan akan berteriak seperti kejadian yang menimpa beberapa warga tionghoa yang belum pasti keabsahannya ini ??.

Saudaraku…. Sementara di belahan yang lain tak kurang kisah-kisah miris yang menggugah hati. Umat Islam yang berusaha untuk mempertahankan tanahnya itu tak mampu berbuat banyak. Genderang perang bertabuh berarti panji islam siap dipancangkan. Apapun taruhannya mereka siap mati demi mempertahankan akidahnya. Namun ketika mereka menyerang datang tembakan beruntun menebus dada, kepala, dan sekujur tubuh. Tak ada pilihan lain kecuali mereka mundur dan harus menerima kenyataan bahwa yang menembaki mereka bukanlah musuh perang, tetapi aparat curang yang bertopeng numpang dalam kereta keamanan. Mereka tak tunduk pada sumpah dan janji korps yang diucapkan. Ternyata itu hanyalah sebuah kemunafikan. Aparat nashrani bebas membidikan senapannya ke tubuh para mujahid. Dan aparat ISLAM diam tak berdaya bagaikan seekor singa yang giginya telah rontok. Tinggal korban yang diusung satu persatu menuju rumah sakit yang apa adanya dan obat-obatan yang pas-pasan.

Tidak hanya itu yang bisa kami ungkapkan sebagai gambaran hati kami. Para pemuda islam ditangkap tanpa alasan yang jelas. Aparat tanpa identitas dan surat penangkapan, mereka seenaknya menangkap siapa saja yang bisa digotong ke dalam sarang gelap dan digabungkan bersama-sama dengan para durjana-durjana nashrani. Dari jeruji besi itu, mereka tak punya "pembela" yang bersuara untuk membebaskan mereka tanpa persyaratan. Beda sekali dengan para laknatullah itu. Sebiadab apapun yang mereka lakukan, bahkan gembong pun yang jelas-jelas sebagai provokator sekalipun bebas berjalan tanpa halangan. Lalu, dimanakah HAM yang ramai didengungkan ??

Saudaraku di bumi Allah……..Berbagai cerita sedih, duka dan nestapa ada di setiap pengungsi yang entah kepada siapa dia harus membagi dan menumpahkan kisahnya ini. Dari yang lari tak mengemas apa-apa, sampai kehilangan sanak keluarga semuanya ada disini. Ada sebuah cerita yang mungkin sempat kami bagi kepada saudara-saudara yang ada di belahan lain bumi Allah agar bisa merenungi bahwa titah Allah itu pasti terjadi. Orang-orang Yahudi dan Nashrani tak rela sebelum kamu mengikuti millah mereka.

Terkisahlah seorang akhwat yang daerahnya diserang. Musuh telah ada di depan mata ketika mereka terjepit. Bingung mau membawa apa untuk diselamatkan. Yang ada dalam benak hanyalah bisa meloloskan diri. Dia lari mengikuti langkah kakinya kemana melangkah itulah yang dituju. Sesampai di lokasi pengungsian, tak didapati adiknya diantara para pengungsi. Dalam pikirannya, adiknya telah dianiaya atau dibunuh. Setiap korban yang datang dia periksa jangan-jangan adiknya juga ada disitu. Ternyata pencariannya sia-sia. Dia mencoba melangkahkan kakinya diantara tumpukan mayat-mayat yang sudah ditutup kain. "Mungkin adikku telah syahid" pikirnya. Dengan perlahan-lahan dia membuka tiap tutup kepala para syuhada itu. Disitupun tak ditemukan wajah adiknya.

Pekikan jihad dan teriakan takbir masih membahana mengikuti irama perang yang berkecamuk. Setiap teriakan diarah utara mereka lari keutara dan teriakan diarah selatan mereka lari keselatan. Kemana bunyi keramaian mereka lari kesitu. Pasukan-pasukan itu bingung menentukan sikap kepada siapa mereka harus tunduk pada satu komando. Tak didapati diantara mereka yang siap dan pantas diangkat sebagai komandan perang. Berhari-hari mereka perang namun tak tertata menjadi sebuah pasukan yang solid dibawah satu komando. Mereka mengangkat masalah ini dalam kesempatan shalat jamaah di mesjid pada saat shalat jum’at. Salah seorang mewakilkan mereka mengusulkan kepada imam besar mesjid agar dibicarakan bersama jamaah yang ada. Namun apa kata sang Imam benar-benar mengecewakan mereka. "itu bukan urusan saya, ungkap Bapak imam". Semuanya bubar dengan beribu kekecewaan. Pertahanan kembali goyang, sebagian pasukan yang dikirim untuk memperkuat barisan jihadpun kecewa. Merekapun pulang meninggalkan ladang jihad ini. Siapakah yang rela menggantikan posisi mereka atau mau menjadi seorang Salahudin Al-Ayubi ??

Saudaraku muslimh- muslimah……..Tiada harapan kami yang kami pohon untuk peduli terhadap kami. Karena sumbangsih harta dan Doa dari tragedi idul Fitri berdarah telah banyak mengalir ke sini. Itu pertanda rasa sayangnya pada kami. Masih terngiang dikepalaku ungkapan ustadz Abu Bakar Al-Habsy kalau para ikhwan bahkan akhwat yang iri dengan kami disini. Mereka menyatakan siap berjihad ke Ambon. Ingin saya tanyakan kembali masih adakah niatan itu hingga kini ?? ataukah niat itu telah diurungkan. Kalau demikian adanya berarti kita harus bersiap-siap menyaksikan kabut ini menjadi api yang membakar benang-benang dakwah yang selama ini kita pintal menjadi sebuah kain yang bertuliskan : LA ILAHA ILALLAH.

Salam jihad kami……….

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

@ Diah Fajariah, Ambon


Last changed: August 05, 1999