[ Laman Ehwal Semasa ReformIS ]

KISAH BENAR

Date: 05 Aug 1999
Time: 20:02:43
Remote User: -

Comments

> KISAH BENAR: > Kisah Paderi Bermimpi Bertemu Rasulullah s.a.w. > --------------------------------------------------------------------------- > Bismillahirrahmanirrahim > Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang > > NAMA SAYA ISELYUS UDA; > ISTRI SAYA MARIA JUANA. > > LIMA BELAS TAHUN SAYA MENJADI PENGINJIL DI KALIMANTAN TENGAH > SAMPAI AKHIRNYA SAYA BERTEMU DENGAN SEORANG LAKI-LAKI DALAM MIMPI. > > BENARKAH IA RASUL YANG TERPUJI ? > > Tidak pernah terbayang saya akan bisa menginjakkan kaki di negeri yang > dirindukan Umat Islam itu. Bahkan tak pernah terpikir saya akan memeluk > agama yang tadinya saya benci itu. Sebab, sejak kecil saya dan istri saya > biasa hidup di lingkungan adat yang sama sekali bertentangan dengan ajaran > Islam. > > Memang, di dalam masyarakat Dayak terdapat beberapa anak suku, yaitu Kenyah, > Iban, Kayan, Bahau dan sejumlah kelompok kecil yang tersebar hampir di > seluruh Kalimantan termasuk Sabah dan Sarawak di wilayah Malaysia Timur. > Namun > akar budaya dan kepercayaan kami nyaris tidak berbeda. > Dulu suku Dayak dikenal sebagai pengayau tengkorak manusia. Cerita itu bukan > dongeng semata. Memburu kepala musuh, > baik sesama suku Dayak maupun suku lain, merupakan pilar utama budaya dan > kepercayaan kami lantaran kepala yang baru > dipenggal sangat penting bagi terciptanya kesejahteraan seisi kampung, > sementara tengkorak lama makin luntur kekuatan > magisnya. Untuk itu dibutuhkan perburuan terus-menerus yang menyebabkan > sering terjadinya peperangan, baik antara suku > ataupun dengan masyarakat luar. > JASA PENGINJIL > Sebetulnya agama Islam sudah tersiar dari Tanah Jawa sejak abad ke-15, > terutama di Kutai dalam wilayah kerajaan Hindu > Mulawarman yang kini termasuk Provinsi Kalimantan Timur. Namun masyarakat > Dayak tidak tertarik untuk menganut agama > Islam karena kami dilarang berternak babi atau berburu celeng dan memakan > dagingnya. Islam juga tidak membolehkan > umatnya memelihara anjing. Padahal, babi dan anjing sudah menyatu dengan > kehidupan kami dan tidak mungkin terpisahkan > dari upacara adat dan ritus-ritus nenek-moyang. Tak seorang pun penganjur > Islam yang pernah memberitahu bahwa ada > keringanan-keringanan yang tidak terlalu keras menajiskan anjing dan babi, > serta tidak terlalu memaksa seseorang yang baru > membaca syahadat agar segera dikhitan. Seakan-akan keringanan itu sengaja > disembunyikan. Yang kami ketahui, kalau > memeluk agama Islam kami harus berpisah dari adat-istiadat dan kebiasaan > lama. Sedikit saja menyimpang dan tetap > melaksanakan tradisi para orang tua, kabarnya kami akan dituduh musryik dan > wajib masuk neraka (?!? - pen). Bukankah itu > sungguh menyakitkan dan mengerikan ? > Berbeda dengan sikap para penginjil, baik dari kalangan agama Katolik maupun > Protestan. Sesudah Perang Dunia berakhir > mereka datang berduyun-duyun membawa hadiah, ilmu dan pengetahuan baru yang > dapat mengubah cara hidup kami tanpa > mengharu-biru adat-istiadat dan upacara ritual nenek-moyang, ke > kawasan-kawasan terpencil. Perang antara suku tidak pernah terjadi lagi > berkat jerih-payah mereka. Kebiasaan mengayau kepala manusia sudah lama kami > tinggalkan, juga agama asli. Dan hal itu terjadi tanpa memusnahkan upacara > adat yang oleh gereja tidak dilarang untuk dilakukan. > Sungguh mereka banyak berbuat untuk suku Dayak, termasuk saya dan seluruh > keluarga saya, yang sebagai pengikut Yesus > dan Bunda Maria, segala kebutuhan hidup kami selalu dipenuhi. Oleh karena > itu, untuk menanggung delapan orang anak dan > seorang istri saya tidak pernah mengeluh walaupun selama limabelas tahun saya sepenuhnya hanya mengabdi kepada agama > Katolik selaku penginjil. Sudah tak terhitung banyaknya penduduk yang dapat > saya ajak masuk gereja. Apalagi sejak saya > dianugerahi amanat memimpin umat Katolik di Desa Bangkal oleh gereja Sampit. > > Makin menggebu-gebu semangat saya untuk > mengibarkan panji-panji sang juru selamat dan menegakkan palang salib di > berbagai penjuru. Saya tanamkan iman Kristiani > kepada masyarakat Kecamatan Danau Sembuluh tanpa pandang bulu. Malah > cita-cita saya tidak saja menasranikan rakyat > Sampit, ibu kota Kabupaten Kotawaringin timur, melainkan seluruh pelosok > Provinsi Kalimantan Tengah.

> MIMPI YANG MENAKJUBKAN (BERTEMU DENGAN NABI MUHAMMAD SAW) > > Tiga tahun saya menerbangkan ayat-ayat Injil di mimbar gereja dan di > berbagai persekutuan doa di Desa Bangkal dan desa-desa lainnya. Kemudian > saya dipercayai pula untuk mengumandangkan misi gereja di Kecamatan Cempaga > sejak tahun 1978. Berkat kegigihan saya, hingga hampir segenap waktu saya > tersita oleh kegiatan pelayanan rohani, saya berhasil mengajak umat dan > berbagai pihak untuk bersama-sama membangun gereja yang besarnya lumayan, > lengkap dengan asramanya. > Dua tahun saya mengucurkan keringat, memeras tenaga dan pikiran demi > kejayaan agama Katolik melalui gereja yang saya > dirikan itu. Sungguh bangga hati saya, sungguh mantap kaki saya. Namun di balik kepuasan batin itu ada sesuatu yang > terngiang-ngiang jauh di dasar sanubari saya. Entah mengapa dan dari mana > datangnya tuntutan itu tidak pernah terungkap sama sekali, yaitu tanda tanya yang tak mampu saya menjawabnya meskipun telah saya gali lewat firman-firman suci. Apakah betul yang saya tempuh berasal dari Tuhan ? Tidak kelirukah saya menyerahkan diri bulat-bulat dalam keyakinan itu ? > Kebimbangan tersebut betul-betul sangat menyiksa hidup saya dan senantiasa mengusik ketentraman batin saya. Seolah-olah ada sebuah lubang pada diri saya yang tidak mampu saya tutupi, malah saya > rasa makin lama makin dalam dan lebar. " Ya > Tuhan, kalau Engkau Maha Kuasa dan Maha Penyayang, tunjukkanlah kebenaran > yang sempurna," demikian ratap > saya tiap malam tatkala suasana sedang lengang dan kesunyian sedang mencekam > sambil saya genggam rosario (kalung > salib-pen) erat-erat. > > Saya menggapai-gapai bagaikan hampir tenggelam di tengah-tengah samudera > kehampaan. Saya berteriak nyaring di tengah > gurun kesunyian. Saya merasa ditinggalkan sendirian dalam sebuah lorong > gelap dan pengap setelah seberkas cahaya yang > tadinya saya jadikan pedoman kian buram dan hampir padam. Saya merindukan sinar terang yang tidak menipu saya dengan > bercak-bercak fatamorgana. Saya mendambakan jalan lurus menuju haribaan > Tuhan yang Sejati dan Hakiki. > > Tiba-tiba, pada suatu malam menjelang akhir Oktober 1980, ketika kesibukan > untuk mengabarkan Injil dan menawarkan > kerajaan surga tengah mencapai puncaknya, saya di datangi mimpi yang sangat > aneh. Seorang lelaki berjenggot rapi > mengunjungi saya antara tidur dan jaga. Pundak saya ditepuk dan tangan kanan > saya ditariknya, Saya menoleh. Betapa takjub > saya melihat sosok manusia yang begitu tampan dalam usia bayanya. Berpakaian > serba putih dengan rambut berombak tertutup > selembar kain halus yang juga berwarna putih. Ia tampak sangat agung dan > anggun. Saya merasa damai oleh sentuhan pandang > dan senyumnya. > Dituntunnya saya menjelajahi hamparan tanah yang tandus menuju sebuah gurun > pasir yang luas dan gersang. Anehnya, > meskipun matahari terik membakar, saya justru terlena oleh kesejukan yang > indah dan menawan. Seolah gumpalan awan besar > menaungi kami berdua. > > Ketika tiba di tempat tujuan, entah di mana saya tidak tahu, ia > mempersilahkan saya masuk ke suatu kawasan yang asing dan > sakral. Saya lihat ribuan manusia berselimut putih-putih bergerak bak busa > ombak mengelilingi sebuah bangunan hitam > berbentuk kubus menjulang ke atas membelah langit sambil berlari-lari kecil. > Di antara mereka ada yang sedang bersujud > dengan khusuk, banyak pula yang berebutan mengecup batu hitam kebiruan yang > menempel di dinding kubus itu. Begitu saya> > datang, kerumunan manusia tadi menyibakkan diri dan memberikan kesempatan > kepada saya untuk memeluk dan mencium > batu berkilat itu sepuas hati. Amboi, alangkah harumnya, alangkah > tenteramnya. > > Setelah itu, ia mengarak saya bersama gemawan ke tempat lain yang > pemandangannya amat berbeda, tetapi suasanannya sama, penuh keagungan. Saya bertanya, " Bangunan apa yang teduh ini ?" Ia menjawab, " Ini yang dinamakan Masjid Nabawi." > > Sebagai penginjil saya pernah mengenal istilah itu, sebab mempelajari > agama-agama lain adalah modal untuk membeberkan > kebenaran kami dan membongkar kelemahan mereka. Oleh karena itu saya > terkejut. mengapa saya dibawa kemari ? > > "Gundukan tanah yang di tengah itu untuk apa ?" kembali saya bertanya. " Itu makam Nabi Muhammad," sahutnya. > Mendengar penjelasan itu saya pun makin kaget. Nabi Muhammad adalah pembawa ajaran Islam. Ada hubungan apa dengan > saya sampai diajaknya saya berziarah ke sini ? Meski beribu kebingungan menyemak di hati saya dan berbagai tanda-tanya > merimbun di benak saya, sekonyong-konyong tanpa dimintanya saya bersimpuh di > depan kuburan yang sederhana itu. Air mata saya menetes. Saya terharu walau pun tidak tahu mengapa bisa terharu. Saya cuma membayangkan betapa mulianya pemimpin kaum Muslimin itu yang pengikutnya ratusan > juta orang, tetapi makamnya begitu bersahaja, yang ajarannya ditaati > umatnya, namun kematiannya tidak boleh diratapi. Saya > terpana sangat lama sehingga tatkala saya sadar kembali, lelaki yang > mengantar saya tadi telah menghilang ke dalam kuburan > itu. > PANGGILAN HATI > Saya ceritakan mimpi saya kepada istri dan anak-anak saya. Mereka terkesima. > Istri saya berkaca-kaca; saya tidak mengerti > apa sebabnya. Barulah pada malam harinya, ketika kami cuma berdua, ia > berkata : > "Saya yakin itu bukan sekadar mimpi. Itu panggilan. Dan kita berdosa kepada Tuhan apabila tidak mau mendatangi > panggilan-Nya." > "Maksudmu ?" saya tidak paham akan maksud istri saya. > "Kita tanya kepada orang yang ahli agama Islam. Siapakah lelaki baya yang mengajak abang itu. Dan bagaimana > makna mimpi itu. Kalau memang benar merupakan panggilan Tuhan, berarti kita harus masuk Islam," jawab istri saya tanpa ragu-ragu. > > Sayalah yang justru dilanda kebimbangan, terombang-ambing dalam iman > Kristiani yang makin goyah. Apalagi tiap kali teringat > akan salah satu surah Al-Quran yang pernah saya pelajari bahwa : > "Tuhanmu adalah Allah Yang Maha Tunggal, Yang Tidak Beranak dan Tidak > Diperanakkan ..." > Saya ingin lari menghindari dengungan batin itu. Namun keyakinan saya tak cukup kuat untuk menahan deburan ayat-ayat itu. > > Untungnya pada tahun 1983 gereja Sampit memindahkan saya ke Medan. Tugas > saya ke Desa Resettlement untuk mengobarkan semangat Injil pada masyarakat setempat. Saya terima tugas itu dengan setengah hati sebab semangat Injil > saya sendiri sedang meluntur ke titik paling rawan. Anehnya, saya merasa bahagia menerima keadaan itu, lebih-lebih ucapan istri saya yang tak pernah lenyap dari pendengaran saya. > "Kalau mimpi itu merupakan panggilan Tuhan, kita berdosa jika tidak > mendatangi-Nya. Kita harus masuk Islam. " > Akhirnya, pada awal Maret 1990 saya sekeluarga mengunjungi Kantor Urusan Agama Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, > sesudah lebih dulu mendapat penjelasan dari seseorang yang saya percayai > memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam. Ia mengatakan bahwa lelaki dalam mimpi saya adalah Nabi Muhammad > s.a.w. Diterangkannya lebih lanjut bahwa tidak semua orang, termasuk kaum > Muslimin, bisa memperoleh kehormatan bertemu dengan Nabi dalam mimpi. Dia > meyakinkan saya bahwa mimpi itu bukan dusta, bukan kembang tidur, sebab > Iblis pun tak sanggup menyerupai Nabi walaupun ia bisa menyamar sebagai > Malaikat. > Itulah yang kian memantapkan tekad saya sekeluarga untuk memeluk ajaran > Islam. maka dengan bimbingan Maha> li B.A., kami mengucapkan dua kalimah syahadat disaksikan oleh para pendahulu kami, Arkenus Rembang dan Budiman > Rahim, dari Kantor Departemen Agama Sampit. Nama saya, Iselyus Uda, diganti dengan > Muhammad Taufik; istri saya menjadi Siti > Khadijah. Begitu pula kedelapan anak saya yang memperoleh nama baru yang > diambilkan dari Al-Quran. > Sepulang dari upacara persaksian itu dada saya terasa sangat lapang dan > dunia makin benderang. Tengah malam saya > mengangkat kedua tangan dan menggumam: > "Ya Tuhan, terpujilah nama-Mu telah datang kerajaan-Mu. Syukur kepada-Mu, Ya > Allah, untuk anugerah kebenaran ini." > > MENEBUS MIMPI > > Sejak hari paling bahagia itu, saya mulai berangan-angan kapankah > pemandangan dalam mimpi saya dulu itu bisa terwujud. > Saya merindukan Tanah Suci tempat kelahiran Nabi dan tempat Jenazahnya > dimakamkan, yaitu Mekkah dan Madinah. > Kecuali dengan Kuasa Allah, rasanya mustahil terlaksana mengingat kemampuan ekonomi saya tidak secerah semasa menjadi > penginjil. Akan tetapi saya tidak mengeluh. Memang disegi materi terjadi > penurunan, tetapi disegi yang lain kehidupan kami > bertambah makmur dan sejahtera. > Kekurangan kami sedikit kami anggap biasa, itulah ujian iman. Sebab ternyata materi bukan segala-galanya. Yang penting, > anak-anak dapat melanjutkan pendidikan mereka dan kebutuhan sehari-hari kami tercukupi. Adapun hidup berlebihan bukan > tujuan utama. Buat kami sudah puas dengan kaya dihati dan rezeki yang halal. > Saya tidak tahu apakah keikhlasan itu diterima Tuhan, ataukah lantaran sudah tertulis didalam takdir-Nya bahwa saya > sekeluarga harus menjadi Muslim dan Muslimat yang kuat. Peristiwa yang > terjadi dua pekan setelah kami masuk Islam > membuat saya makin bersyukur kepada Allah, yaitu ketika Kakandepag > Kotawaringin Timur, Drs. H. Wahyudi A. Ghani, > bertamu ke rumah saya di No.19 Desa Resettlement. Ia tidak hanya bertandang, tetapi mengantarkan tebusan mimpi. > > Ia mengabarkan bahwa Menteri Agama, H. Munawir Syadzali, M.A. menaruh > simpati kepada saya dan berkenan > memberangkatkan kami suami-istri untuk menjalani ibadah Umrah. MasyaAllah, > alangkah Akbarnya Engkau, alangkah luasnya > kasih-sayang Engkau. Sungguh saya tidak mampu menggoreskan pena atau > menggerakkan lidah guna menggambarkan > kegembiraan dan kebahagiaan saya. > Tidak bisa lain yang menggugah hati Menteri Agama, seorang petinggi negara di antara 170 juta lebih bangsa Indonesia, pasti > Allah yang Maha Kuasa. Tanpa kehendak-Nya mana mungkin perhatiannya > terlintas kepada seorang warga desa terpencil di > Kalimantan Tengah ini, padahal kegiatannya selaku menteri tidak kepalang > sibuknya. > Saya dan istri langsung melakukan sujud syukur walaupun kepergian kami > tertunda beberapa bulan. Sedianya kami akan > diberangkatkan pada Juli 1990; namun karena terhalang oleh musibah Mina, > terpaksa diundur ke bulan Januari 1991. > > Akhirnya kami kesampaian mewujudkan pemandangan dalam mimpi dengan > melaksanakan tawaf mengelilingi Ka'bah, > menunaikan sa'i antara Shafa dan Marwah, serta berziarah ke makam Rasulullah s.a.w. Di kaki Tuhan, di tengah dekapan Tanah Haram, kami memohon agar > diberi kekuatan dan kenikmatan iman dalam Islam. Juga kami meminta supaya > Tuhan menunjuk kami untuk menyebarkan janji-janji-Nya. > Agaknya doa kami di tempat-tempat mustajab di Mekkah dan Madinah mulai > dikabulkan-Nya. Buktinya, setiba kembali dari > Tanah Suci ada seorang hartawan yang tidak ingin disebut namanya, mewakafkan sebidang tanah kepada saya. Luasnya lebih > dari cukup untuk mendirikan madrasah dan sarana-sarana pendidikan lainnya. Saya berniat menghabiskan sisa umur saya untuk membayar dosa-dosa pada masa silam tatkala lima belas tahun lamanya saya > bekerja keras memurtadkan umat Islam dan merayu semua orang agar mengikuti keyakinan saya kala itu. Mudah-mudahan > saya mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman saya bagi kejayaan agama > yang baru saya peluk secara resmi dalam > setahun ini (pada saat cerita ini diceritakan pertama kalinya-pen). Semoga ALlah menerima tobat saya dan memudahkan jalan > bagi saya, juga istri dan anak-anak saya, untuk mematuhi segala perintah-Nya > dan menghindari semua larangan-Nya. > ======================== Akhir cerita ========================== > > Penutup, dari penulis : > > Akhirnya, apa yang bisa kita ambil dari cerita di atas? Semoga saja banyak > hal-hal positif yang dapat ditauladani serta > dijadikan pelajaran sebagai penguat keimanan kita semua yang setiap harinya > selalu dibayangi dengan kehidupan kota yang "sumpek" dan "memuakkan". Mohon maaf atas panjangnya rangkaian tulisan saya > di atas, sebenarnya pada mulanya akan saya > bagi menjadi dua bagian, namun setelah saya telaah kembali maka takutnya > akan mengurangi makna dan "sentuhan" aslinya. > Terakhir, ada baiknya saya kutipkan beberapa ayat Al-Quran dibawah ini : > "Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka > menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS. 2:57) > "Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.Dan > didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya > perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allah sangat cepat > perhitungan-Nya." (QS. 24:39) > "Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan > (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang > dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi > tiap-tiap sesuatu." (QS. 65:3) > > Wassalamualaikum Wr. Wb. > > "Ya Allah! Sebagaimana telah Engkau bukakan hati paderi ini untuk menerima > agama-Mu, bukakanlah juga hati kami untuk berpegang teguh kepada agama-Mu. > Jadikanlah kami redha dengan Islam. Janganlah Engkau lekakan akan kami > dengan kemodenan dan kesenangan dunia hingga kami melupakan Engkau lalu > Engkau turunkan bala ke atas kami. Janganlah Engkau jadikan kami, > isteri-isteri kamu, anak-anak kami, ibu-bapa kami dan saudara-saudara kami termasuk orang-orang yang mensyirikkan Engkau. Kami mengharapkan rahmat-Mu, maka berilah kami akan rahmat-Mu. Serta jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapat Syurga-Mu. Amin, ya rabbal 'alamiin." --------------------------------------------------------------------------- > Dari Arkiva Dar at-Tarbi'yah @ ad-Dar al-Islami © Oozie > ______________________________________________________ > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ ( Melanggan ? To : majordomo@hizbi.net pada body : SUBSCRIBE HIZB) ( Berhenti ? To : majordomo@hizbi.net pada body: UNSUBSCRIBE HIZB) ( Segala pendapat yang dikemukakan tidak menggambarkan ) ( pandangan rasmi & bukan tanggungjawab HIZBI-Net ) ( Bermasalah? Sila hubungi maintainer@hizbi.net ) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pengirim: "Azmi Bin Mohd Nor (Central)" <AZMIMN@DIGI.COM.MY>


Last changed: August 05, 1999